Ajaran Perkawinan dan Kematian dalam Agama
Konghucu
Oleh:
Nopridayana
Riski yazid
Dosen Pembimbing:
Dra. Siti Nadroh, MA
1. Ajaran
perkawinan dalam agama Konghucu
A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan
yang lebih dikenal deganistilah pernikahan menurut Kamus besar Bahasa
Indonesia, berasal dari kata dasar nikah mendapat awalan per dan
akhiran an menjadi pernikahan yang berarti “melakukan perbuatan nikah”.
Pengertian
menurut agama Konghucu adalah “salah satu tugas suci manusia yang memungkinkan
manusia melangsungkan sejarahnya dan mengembangkan benih-benih firman Thian,
Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud kebajikan, yang bersemayam di dalam
dirinya serta, selanjutnya memungkinkan manusia membimbing putra dan putrinya”.
B. Hukum Perkawinan
Dengan
ditetapkannya Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan, maka telah dikeluarkan hukum perkawinan agama Konghucu di Indonesia
pada Tahun 1975. Menurut agama Konghucu, bila seseorang hendak melakukan
perkawinan, maka ia diharuskan terlebih dahulu diharuskan untuk mengetahui
hukum perkawinannya.
C. Maksud dan Tujuan Perkawinan
Adapun
tujuan perkawinan menurut agama Konghucu adalah untuk membentuk keluarga yang
harmonis, damai dan bahagia. Karena tujuan perkawinan ini menurut adanya
keharmonisan, kedamaian dan kebahagiaan, maka hukum perkawinan dalam agama ini
pada dasarnya tidak mengenal perceraian. Karena tidak mengenal perceraian, maka
sangat wajar bila perkawinan umat Konghucu senantiasa mengalami kedamaian,
kebahagiaan, dan keharmonisan.
D. Bentuk Upacara Perkawinan Konghucu
- Adat dan Upacara pada saat Perkawinan
Upacara
tersebut menggunakan pakaian khusus pernikahan ada Tionghoa. Jika perkawinan
sudah tiba, pertama-tama pertama pengantin dirias duduk da nada banyak yang
berhiasan melamabangkan warna merah (Thay kek). Kilin untuk laki-laki
dan Hong Hong bagi pengantin wanita.
Pada saat
dilakuakn upacara Cio Thau dibutuhkan seorang anak kecil Shio Liang atau
Shio Houw umtuk melakukan upacara permulaan menyisir rambut pengantin,
kemudian dilanjutkan oleh tukang rias yang mewajibkannya. Sewaktu pengantin
laki-laki hendak maju ke rumah pengantin wanita, terlebih dahulu diadakan
upacara Khibe : suatu pesta kecil bersama kawan dan sahabat. Lalu pengantin
berangkat diiringi dengan tetabuhan dan dipasangi petasan. Memasang petasan
berdasarkan atas suaranya yang diumpamakan suara Guntur, karena siluman memang
sanagt takut akan Guntur. Maka suara petasan itupun berarti mengusir segala
setan dan siluman.
Sesampai
di rumah laki-laki, mereka terus masuk ke kamar pengantin yang di dalamnya
sudah tersedia sebuah meja dengan 12 macam King Ua yaitu sejenis bahan
makanan yang disate dan diatur dengan alat-alat istimewa. Di samping itu,
terdapat pula beberapa macam makanan yang diatur diatas meja lain, 2 kursi, 2
cangkir wedang onde dan 2 buah mangkok lengkap dengan sumpitnya. Sepasang lilin
besar yang menyala menjadi perhiasan istimewa. Kedua pengantin ini berbeda di
bawah Mak Comblang (Bwee Jien : orang yang perantara dirangkaikan
perjodohan itu dan bertugas untuk menjajaki anggapan pihak lain)
Biasanya
beberapa hari setelah selesai melaksanakan perkawinan, pengantin tersebut pergi
ke kantor Catatan sipil untuk mencatat mengenai perkawinan yang telah mereka lakukan
di Majlis atau Lithang. Pencatatan ke kantor Catatan Sipil merupakan
salah satu bukti otentik bagi mereka bahwa kedua pasangan ini diakui secara sah
sebagai suami istri.
-
Upacara
Pernikahan - Chio Thau
Upacara
Chio Thau adalah upacara pernikahan tradisional Peranakan lengkap dengan segala
pernak-pernik upacara yang menyertainya. Disebut Chio Thau ―artinya
‘mendandani rambut/kepala’ (to dress the hair), bukan ‘naik ke kepala’―karena,
dalam bagian terpenting upacara ini, di atas sebuah tetampah besar warna merah
terlukis yin-yang dan menghadap sebuah gantang (dou, tempat menakar beras),
pengantin (laki-laki dan perempuan) disisiri oleh ibunya sebanyak tiga kali;
setiap sisiran dibarengi dengan doa-doa tertentu: misalnya: sisiran pertama
agar si pengantin diberi jodoh yang panjang, sisiran kedua: banyak rejekinya,
sisiran ketiga: anak-anaknya semua menjadi orang yang membanggakan, dan
sebagainya.
Upacara
Chio Thau ini berasal dari daerah Fujian Selatan (Minnan) semasa periode
dinasti Qing (1644-1911), dan mungkin sudah tidak diketemukan lagi di Tiongkok,
setelah terjadinya dua revolusi besar di sana. Revolusi itu Revolusi Xin Hai
1911, yang menyingkirkan semua produk budaya zaman Qing, dan Revolusi
Kebudayaan 1966-1976, yang menghancurkan semua produk budaya yang dinilai
feodalistik dan kapitalistik.
Pakaian
yang dikenakan saat Chio Thau―yakni baju putih-celana putih bagi laki-laki dan
baju putih-kain batik warna dasar merah bermotif bulat-bulat putih, sehingga
dikenal dengan nama Kain Onde―akan disimpan baik-baik dan dikenakan kembali
pada waktu yang bersangkutan meninggal kelak sebagai pakaian mati.
2.
Ajaran dalam Kematian Konghucu
A. Pengertian Upacara dan Ritual
Upacara
merupakan pelaksanaan kegiatan yang di lakukan secara berkelompok atau
sekumpulan manusia atau orang untuk melakukan kegiatan rutin dalam rangka untuk
memringati hari-hari yang bersejarah yang dipimpin oleh pemimpin yang tertinggi
dalam suatu organisasi atau departemen. Sedangkan Ritual merupakan tata cara
keagamaan atau bisa di sebut dengan ucapan suci. Religi dan ucapan
mherupakan unsur dalam kehidupan manusia di dunia.
Upacara da
ritual adalah pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan hidup Agama dengan
mempergunakan sarana atau media yang bisasa di sebut dengan upakara atau banten
sebagai pelaksanaan. Upacara itu sulit di pisahkan seumpama sebutir telur maka
kulit luar adalah merupakan upacara atau ritual, ritual ari telur adalah etika
susila, upacara etika atau susila.
- Kematian
Kematian
bukanlah suatu hal yang menyenangkan untuk di bicarakan maupun di persoalkan.
Kematian adalah sesuatu yang seram dan menyedihkan, sesuatu yang benar-benar
mematikan suasana, sesuatu yang hanya coock bagi buah pembicaraan di kuburan.
Menurut
cara berpikir orang Buddhis kematian adalah kunci yang membuka takbir kegelapan
dari takbir hidup yang tampak rahasia. Yang apabila pada suatu saat
menimpa pada kita, akan dapat melunakkan hati bagaimanapun kerasnya.
Kematian akan
mengikat kita satu sama lain dengan benang emas cinta dan kasih, dan yang
dapat mengenyahkan rintangan-rintangan hidup berupa klasta, agama , kepercayaan
bangsa(suku-suku) di antara manusia di sunia ini. Kematian meratakan
segala-galanya tanpa kecuali.
2. Roh leluhur
Menurt
ahli sejarah kebudayaan E.B. Tylor , ia juga berpendirian bahwa bentuk
agama yang tertua adalah penyembahan kepada roh-eoh yang merupakan
personifikasi, (hubungan) dari jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia, terutama
nenek moyangnya.
Dewa-dewa
yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia dalam tingkat agama
seperti itu mempunyai ciri-ciri yang mantap dalam membayangkan seluruh umatnya,
karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah berada dalam bentuk
tulisan.
3. Makna dan Fungsi upacara secara umum
- makna upacara merupakan suatu kegiatan ritual keagamaan yang dilaksanakan secara berkelompok dilakukan dilingkungan tersebut.
- Fungsi upacara adalah suatu alat komunikasi atau hubungan langsung dengan roh leluhur menurut kepercayaan dan keyakinan yang harus ditaati.
4. Makna dan fungsi kematian secara umum
- Makna kematian menyadarkan manusia untuk tidak bersikap sombong kepada orang lain dan lebih bersikap cinta kasih kepada ornag lain.
- Fungsi kematian meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan atau adanya rasa kesedihan.
5. Ajaran-ajaran kematian
Kematian
itu sendiri Rohnya akan naik kepada Sang Pencipta Rohnya yang bersifat negative
(Yin) naik pada sikap positif (Yang). Nabi Konghucu bersabda : “bila ornag yang
melakukan penghormatan kepada sampai dahi menyentuh tanah (Khee Song) ini
menunjukkan keptuahan yang sungguh. Bila lebih dahulu menundukkan kepala sampai
kaki menyentuh tanaj baru menghormati dengan Pai,itu menunjukkan kepada yang sangat
dalam.
Ajaran-ajaran
kematian dalam Agam Konghucu merupakan suatu ajaran yang harus ditaati oleh
umat Konghucu. Dan di dalam kitabnya dijelaskan bahwa manusia berasal dari buni
dan akan kembali kebumi. Dan seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya
dari ia masih hidup sampai meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar