Riwayat Hidup Konghucu
Dan Kitab Suci Agama Khonghucu
Oleh
Riski yazid
Nopridayana
Dosen Pembimbing:
Dra. Siti Nadroh, MA
Riwayat Hidup Konghucu dan Kitab Suci
Agama Khonghucu
Jika membahas ajaran agama – agama
seperti Budhisme dan Hinduisme, tidak akan lengkap jika tidak membahas ajaran
konfusianisme, sebab ajaran ini memperoleh sejumlah besar pemeluk – pemeluknya
di Tiongkok yang sedikit banyak mempunyai titik singgung berdekatan dalam segi
hidup rohaniahnya, di samping itu ia mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat di Asia Timur, seperti di Jepang.
Bangsa Tiongkok dikenal sebagai
bangsa yang memiliki adat- istiadat kehidupan masyarakat dalam beberapa hal[1]
:
1.
Sangat mengagungkan kepercayaan terhadap hal- hal ghaib, roh – roh
serta para leluhurnya. Dengan kata lain, mereka berfaham animisme (serba roh).
2.
Sangat menjunjung tinggi etika serta upacara – upacara dalam hidup
bermasyarakat.
3.
Sangat mementingkan kehidupan mental daripada material (kebendaan).
Dengan demikian, maka apabila ingin
mendalami ajaran – ajarannya, terlebih dahulu perlu memahami adat kepercayaan
masyarakatnya.
Sebagai bangsa yang kaya akan
pandangan hidup kebatinan yang bijaksana, tradisi bangsa tersebut dapat disejajarkan
dengan bangsa india. Hanya ada sedikit perbedaan antara kedua bangsa ini yang
dalam cara menanggapi kehidupan duniawi sebagai sesuatu yang penuh dengan
samsara (penderitaan karena penjelmaan berkali- kali) yang harus secepatnya
mendapatkan kelepasan. Sedangkan bangsa Tionghoa Kuna mempunyai pandangan
sebaliknya yaitu menanggapi hidup duniawi penuh dengan optimisme, karena jika
hidup di dunia baik maka hidup di alam lain akan baik pula.
I. Pandangan Hidup Bangsa Tiongkok Kuna
Untuk mengetahui bagaimana pandangan
hidup bangsa Tiongkok kuna pada masa itu, dapat diketahui melaui gambaran yang
dikemukakan oleh seorang sarjana Tiongkok bernama Dr. Lin Yu Tang yang
menyatakan bahwa “Budi” itu adalah kekuatan yang mencari keselarasan dengan
dunia sekitarnya yaitu suatu sikap kejiwaan yang terpuji dalam keseluruhan
bentuk hidup yang luas sesuai dengan hukum dunia yang paling tinggi yakni hukum
Tao. Lidah manusia tidak mampu merumuskan dengan kata – kata apapun juga
tentang Tao itu. Sikap kejiwaan yang demikian itu dapat membuka diri pribadi
mereka. Tiongkok mempunyai tiga macam agama, ketiganya merupakan satu agama.
Ketiga agama tersebut adalah Kunfucianisme, Taoisme dan Budhisme.[2]
Mengingat kuatnya tradisi, pandangan
hidup rohaniah yang berlatar belakang
pada kepercayaan terhadap hal – hal ghaib itu, maka dapat dikatakan
bahwa landasan hidup keberagamaan bangsa Tiongkok adalah animisme yang dipadu
dengan theisme[3]. Landasan ini
dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan – pemujaan terhadap leluhur (nenek
moyang), langit dan alam sekitar. Oleh karena itu dalam berbuat baik terhadap
roh leluhur, biasanya orang yang telah meninggal dunia ini dimakamkan di tanah
milik mereka sendiri, serta membuat meja sembahyang (altar) untuk kepentingan
tersebut.
Selain itu bangsa Tiongkok kuna
selalu mengadakan upacara dengan tujuan untuk menghormati Dewa –dewa.
Upacaraselalu ditetapkan pada saat yang khusus dalam kehidupan manusia. Sikap
pemujaan semacam ini menimbulkan hal – hal yang tabu dan sakral dalam kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Tiongkok kuna baik kalangan
bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan peraturan yang bertujuan
mempertahankan adanya harmonisasi antara satu dengan yang lain, antara manusia
dengan manusia, antara bawahan dengan atasan, antara manusia dengan makhluk
lainnya, antara susunan dunia dengan sususnan yang ada di langit, dan antara
manusia dengan alam sekitarnya.[4]
C.J. Bleeker mengatakan bahwa bentuk
awal dari konsep keberagamaan orang Cina itu terdiri dari : pemujaan alam,
pemujaan, atau penghormatan pada leluhur, dan pemujaan terhadap langit.[5]
II. Riwayat Hidup Khonghucu
· Masa Kecil dan Masa Muda Khonghucu
Khonghucu (Confusius) lahir d kota
Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah K’ung Fangshu (yang merupakan generasi kesembilan
dari raja muda negeri Sung dan generasi keempat sebelum Khonghucu). Fangshu
adalah ayah Pohsia, dan Pohsia adalah ayah Siok- Liang Hut. Hut adalah ayah
Khonghucu, istrinya berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen. Murid –
murid Khonghucu pada masa itu menyebutnya Khonghucu atau Khongcu yang berarti
“guru Khong”. Sarjana – sarjana barat menyebutnya Konfucius.
Sewaktu Khonghucu berusia tiga tahun,
bapanya meninggal dunia dan dimakamkan di Fangshan, yang terletak di bagian
paling timur Negeri Lo (di Shantung)\. iapun diasuh dan dibesarkan oleh ibunya.
Guru guru yang mengajarnya sangat memujikan kecerdasan Khonghucu. Sewaktu sudah
dewasa, kecerdasan dan kebijaksanaanya menjadi buah tutur dalam distrik kediamannya
itu. Banyak orang datang menjumpainya untuk bertukar pikiran maupun bertanyakan
sesuatu hal.[6]
Ketika Khonghucu berusia empat tahun,
ia bermain dengan teman – teman sebayanya. Dalam bermain, ia senang memimpin
teman – temannya dalam nmenirukan orang – orang dewasa melakukan upacara
sembahyang. Pada ibunya, ia pernah meminta alat – alat sembahyang tiruan yang
disebut dengan Cao[7] dan Too[8].
Alat – alat tersebut ia letakkan di atas meja, kemudian ia memimpin teman –
temannya untuk melakukan sembahyang. Kedua alat tersebut selalu digunakan orang
Cina dalam melakukan sembahyang. Ini menunjukkan bahwa sejakkecil Khonghucu
telah memperlihatkan sifat – sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai dan
menghormati para leluhurnya.
Pada usia tujuh tahun Khonghucu secara
formal bersekolah di perguruan Yan Ping Tiong[9]
yan Ping Tiong adalah orang yamg kemudian terkenal sebagai Perdana Menteri
Negari Cee. Di sekolah, Khonghucu dan teman – temannya diajari cara menyiram,
membersihkan lantai, Tanya jawab, budi pekerti, music, naik kuda, memanah,
bahasa, dan berhitung. Pendidikan formal Khonghucu hanya berlangsung selama
tujuh tahun dan setelah itu ( pada saat usianya 15 tahun) ia terpaksa menuntut
ilmu di luar sekolah. Oleh sebab itu, pada usianya 17 tahun ia terpaksa meninggalkan
sekolah untuk bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.
Pada usia 19 tahun, Khnghucu menikah
dengan seorang gadis dari keluarga Kian- Kwan dari negeri Song. Acara
pernikahan hanya dilakukan secara sederhana dan tidak terlalu mencolok seperti
yang dilakukan orang orang pada saat itu. Dari pernikahan tersebut, ia
mendapatkan seorang anak laki – laki yang diberi nama Li atau Pik Gi. Li
berarti Ikan Gurami, sedangkan Pik Gi adlah putra pertama yang bernama ikan.
Pik Gi tampaknya tidak secemerlang ayahnya, namun anaknya (cucu Khonghucu) yang
bernama Cu su berhasil meneruskan ajaran
kakeknya (Khonghucu) dengan membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna).
Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia
bekerja pada keluarga bangsawan besar Kwi-sun. hal ini ia lakukan untuk
membiayai kehidupan rumah tangganya.
Di keluarga bangsawan besar Kwi-sun,
Khonghucu diberi tugas sebagai kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini
kurang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, namun Khonghucu tetap dapat
melaksanakan tugas itu sebaik- baiknya.
Dalam mengawasi seluruh pekerjaan
pengumpulan hasil bumi keluarga bangsawan besar Kwi-sun, Khonghucu selalu
menjaga jangan sampai ada kecurangan dan pemerasan yang dapat merugikan para
petani. Karena sikapnya yang ramah ini, ia jadi banyak tahu tentang persoalan yang dihadapi oleh
para petani tersebut.
Dalam pengaturan tata buku,ia
melakukannya dengan penuh keseksamaan dan tertib. Dengan kebijaksanaanya dalam
memimpin, dalam wwktu yang tidakbegitu lama ia dapat menertibkan pekerjaan yang
dulunya tidak beres dan dapat memberantas praktek – praktekilegal yang dapat
merugikan rakyat banyak.
Keberadaan Khonghucu pada kepala
keluarga bangsawan besra Kwi- sun tidak hanya sebagai pemimpin dinas pertanian
tapi juga diserahi tugas untuk memimpin dinas peternakan yag sudah cukup lama
mempunyai masalah. Penyerahan tugas baru oleh kwi-sun pada Khonghucu ini tentu
saja tidak terlepas dari keberhasilannya dalam memimpin dinas pertanian milik
keluarga bengsawan besar tersebut. Tugas baru ini ia terima dengan senang hati
dan dengan kesungguhan hati pula ia menyelesaikan berbagai masalah yang ada
dalam dinas peternakan itu.
Sewaktu ibunya meninggal dunia, iapun
berkabung tiga tahun lamanya, menurut adat istiadat Tiongkok. Masa tiga tahun
itu dipergunakannya untuk memperdalam pengetahuannya dalam bidang sejarah,
sastra dan filsafat. Sehabis masa tiga tahun itu ia tidak balik memegang
jabatannya dalam pemerintahan, tapi membuka perguruan.[10]
· Karir Sebagai Guru
Nama Khonghucu makin harum dan para pelajar lambat laun makin
berduyun dating untuk belajar dari seluruh wilayah Lu, dan juga dari berbagai
wilayah di luar Lu. Sewaktu usianya 34 tahun maka para pelajar pada
perguruannya itu sudah berjumlah lebih 3.000 orang.[11]
Wazir besar wilayah Lu menganjurkan puteranya supya belajar kepada
Khonghucu. Melalui pitra wazir besar itu, maka Khonghucu pada akhirnya
berkenalan dengan Duke of Lu[12]
hal itu makin menambah harum nama ahli pikir muda itu.
Sekitar 498 SM, Konfusius memutuskan untuk meninggalkan rumahnya di
Lu dan memulai perjalanan panjang di seluruh China timur. Ia disertai oleh
beberapa orang muridnya (pengikut). Mereka mengembara di seluruh negara timur
Wei, Sung, dan Ch'en dan dalam beberapa kali kehidupan mereka terancam. Konfusius
hampir dibunuh di Sung.
Konfusius diterima dengan hormat oleh para penguasa negara-negara
yang ia kunjungi, dan ia bahkan tampaknya telah menerima pembayaran sesekali.
Ia menghabiskan banyak waktunya mengembangkan gagasannya tentang seni
pemerintahan, serta melanjutkan ajarannya. Dia memiliki banyak pengikut, dan
pemadatan sekolah Konfusianisme mungkin terjadi selama bertahun-tahun. Tidak semua
murid-Nya mengikuti Dia dalam perjalanan. Beberapa dari mereka benar-benar
kembali ke Lu dan mengambil posisi dengan klan Chi. Ini mungkin telah melalui
pengaruh mereka bahwa dalam 484 SM Konfusius diundang kembali ke Lu.
·
Keberhasilan Khonghucu dalam Memimpin
Khonghucu tidak hanya teguh dalam
pendiriannya, menjadi teladan bagi semua orang, jujur, hidup sederhana,
memberikan nasehat pada orang lain, dan selalu berada di jalan suci, tapi juga
bnerhasil menegakkan program pemerintah, sehingga dalam waktu yang begitu
cepat, ia dapat menciptakan masyarkat adil dan makmur. Semua golongan
masyarakat memperoleh pekerjaan dan pendidikan yang dapat dirasakan oleh
seluruh golongan masyarakat. Untuk itu, dalam waktu yang relative singkat dapat
dibangun kesadaran moral yang tinggi, tidak penipuan, pemalsuan, korupsi dan
sebagainya. Dengan demikian, wajarlah jika daerah Tiongto yang dipimpin oleh
Khonghucu menjadi darah teladan. Dengan kenberhasilannya itu, Khonghucu
diangkat menjadi gubernur di daerah Tiongto, Khonghucu tidak bekerja sendiri,
ia dibantu oleh para muridnya. Berkat kerja sama ynag baik antara antara
pimpinan dengan bawahannya, atau antara guru dengan murid, daerah tersebut
menjadi makmur dan berjalan sesuai dengan kaedah – kaedah normal.
Berita tentang keberhasilan Khonghucu
dalam memimpin Tiongto tersebar kemana- mana, dan hal ini juga didengar oleh
raja muda Lo Ting Kong. Tak lama kemudian tergeraklah hatinya untuk membuktikan
kebenaran berita tersebut. Oleh karena itu, pada suatu hari ia menyempatkan
diri untuk mengunjungi Khonghuc dsn
sekaligus membuktikan kebenaran tersebut, Raja Muda Lo Ting Kong barulah yakin,
apa yang ia dengar itu benar – benar terjadi. Setelah melihat keberhasilan itu
raja, Raja Muda Lo mengajukan usul kepada Khonghucu agar apa yang ia capai di
Tiongto dapat juga disebarkan ke seluruh negeri Lo. Dengan penuh keyakinan
Khonghucu berkata, “keberhasilan ini tidak hanya dapat dicapai di seluruh negeri Lo, tapi juga bias diwujudkan ke
seluruh dunia.”[13]
Dilihat konteks di atas, Khonghucu
tidak hanya sebagai tokoh spiritual yang selalu mempunyai pikiran brilian, tapi
juga sebagai negarawan yang dapat mewujudkan negeri yang adil dan makmur, yang
ia bangun dengan landasan moral yang dulunya tidak begitu banyak diperhitungkan
oleh para penguasa.
Khonghucu adalah seorang yang
bermoral dan sangat menjunjung tinggi nilai – nilai moral. Jika ia melihat
seseorang yang bertingkah laku tidak sesuai dengan kaedah – kaedah moral, maka
ia tidak segan – segan untuk ikut memperbaikinya. Khonghucu sangat prihatin
melihat kehidupan orang masa itru, di mana mereka banyak tang senang berfoya –
foya, mabuk – mabukan, mengeruk hasil keringat rakyat, dan sebagainya. Oleh
karena itu ia merasa terpanggil untuk memperbaikinya.
Khonghucu wafat pada 479 S.M.
ajarannya dilanjutkan dan dikembangkan oleh cucunya, Tzu- Szu, serta tokoh –
tokoh yang lainnya seperti Meng-tze (372-289 S.M.). setelah Khonghucu
meninggal, ajarannya masih dirasakan sampai sekarang, bahkan seluruh dunia
mengenalnya, serta mempraktekkan ajarannya.
Dalam mengajarkan ajaran- ajarannya Khonghucutidak suka
mengkaitkan paham ketuhanan, ia menolak membicarakan tentang akhirat dan hal –
hal yanh bersifat metafisika, ia hany aseoran Filosof sekuler yang
mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik. Namun
dikarenakan ajaran – ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan
mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai
pembawa agama [14]
III. Kitab Suci Agama Konghucu (Ngo King, Su Si dan Hau King)
Kitab suci merupakan suatu pedoman
agama bagi para pengikut suatu agama. Tanpa kitab suci, sulit bagi kita untuk
mengetahui kebenaran ajaran suatu agama. Kitab suci suatu agama adalah kitab
yang berisikan ajaran moral yang dapat dijadikan pandangan hidup bagi para
pengikutnya.
Untuk mengetahui ajaran suatu agama,
kita dapat melihat dari kitab – kitab yang dimilikinya, karena tanpa adanya kitab,
sulit bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang terkandung dalam agama
yang mereka anut, tidak hanya itu, kitab suci juga dapat dijadikan bahan dalam
membandingkan ajaran suatu agama dengan yang lainnya. Begitu juga dengan agama
Khonghucu, agama ini juga memiliki kitab suci. Kitab – kitab yang dianggap suci
dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat Khonghucu adalah “Su Si”
(kitab yang empat atau kumpulan dari empat buah kitab) dan Wu Cing atau Ngo
King (lima Kitab) dan Hau King.[15]
1.
SU SI / Shi Su / Empat Buku.
Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi
Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
·
KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar.
Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
Dalam kata pengantar kitab Thai hak tersebut dikatakan bahwa Thai Hak ini adalah
kitab warisan mulia kaum Khong yang merupakan ajaran permulaan untuk memasuki
pintu gerbang kebajikan. Dengan mempelajari kitab Thai Hak ini dapat diketahui
cara belajar orang zaman dahulu. Siapa yang akan mempelajari kitab – kitab
lainnya seperti Lun Yu atau Lun Gi (sabda suci), Tiong Yong atau Zhong Yong
(tengah sempurna), dan Bingcu atau Mencius, dapat mulai dengan mempelajari
kitab Thai Hak ini.[16]
·
KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.
Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.[17]
Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.[17]
Kitab Tiong Yong ini berarti tengah
sempurna. “tangah” diartikan “tepat sasaran”, ditambahkan lagi bahwa “tengah”
itu “jalan yang lurus di dunia” dan “sempurna” adalah “hukm tetap dunia”. Dapat
juga dikatakan bahwa “tengah sempurna” itu adalah berbuat sesuai dengan hukum
alam.[18]
Disamping membicarakan mengenai Tiong
Yong itu sendiri, kitab ini juga membicarakan tentang arti agama, Thian (Tuhan
Yang Maha Esa), susilawan (Kuncu), Tuhan dan manusia yang susila (kuncu), serta
membicarakan mengenai keperwiraan , ajaran – ajaran etika, keimanan, jalan suci
Tuhan Ynag Maha Esa, dan hukum – hukum yang ada dalam alam ini.
·
KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci.
Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’I, dan versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda.[19]
Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’I, dan versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda.[19]
secara umum kitab ini berisi tentang Hak Ji (belajar), Wi Cung
(pemerintahan), Pat Let (tarian/ seni), Li Jien (cinta kasih), nama – nama
orang, Hiang Tong (kampong), dan lain- lain.
Secara khusus Lun Yu berisikan hal – hal yang berhubungan dengan
pembicaraan dan nasehat yang diberikan oleh Khonghucu yang berkaitan dengan
kondisi masa itu.[20]
·
KITAB BINGCU / Mencius / Kitab Bingcu.
Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya.
Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran – ajran Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran, menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).[21]
Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya.
Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran – ajran Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran, menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).[21]
2. NGO KING (Lima Kitab)
Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal
dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari
Agama Khonghucu.
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
·
SIE KING / SHI JING / KITAB SAJAK
kitab ini terdiri dari 39.222 huruf
yang berisikan kumpulan sajak ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang
berasal dari berbagai negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian
untuk upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah, yaitu:Kok
Hong ( Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai Nge (pujian besar),
dan Siong ( Pemujaan / Puja ).
Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, sedngkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).[22]
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
- Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat
15 Buku 160 Sajak
- Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
- Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
- Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan
3 Buku 40 Sajak
Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, sedngkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).[22]
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
- Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat
15 Buku 160 Sajak
- Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
- Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
- Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan
3 Buku 40 Sajak
Setelah terjadi pembakaran
Kitab-Kitab oleh Chien Sie Ong / Chin Shi Huang, para cedekia di Jaman Dinasti
Han mengumpulkan sajak-sajak yang tercecer. Ada beberapa macam Kitab Sajak yang
berhasil dihimpun oleh mereka. Yaitu:
1. Lo Sie / Lu Shi, Sie King dari Negeri Lo.
Susunan Sien Pwee atau Sien Kong / Shen Gong pada Jaman Han Bu Tee ( 140-87 SM ). Sien Pwee memperolehnya dari Hau Kiu Poo ( Negeri Cee ), guru Khong An Kok / Kong An Guo, keturunan Nabi Khongcu, tokoh aliran kuno.
2. Cee Sie / Qi Shi, Sie King dari Negeri Cee.
Susunan Wan Gong / Yan Gong, pada jaman Han King Tee ( 156-141 SM ), hidup sampai jaman Han Bu Tee dalam usia lebih dari 90 tahun. Murid terkenal Heho Sicong.
3. Han Sie / Han Shi, Sie King dari Negeri Han.
Disusun oleh Han Ing / Han Ying, orang Negeri Yan pada jaman Han Bu Tee ( 179-157 SM ).
4. Mo Sie / Mau Shi, Sie King orang Negeri Mo.
Disusun oleh Mo Hing / Mau Heng, orang negeri Lo. Dilanjutkan oleh Mo Tiang / Mau Chang. Inilah Sie King yang terkenal sampai sekarang. Disamping lestari, juga dipercaya keasliannya. Sam Jie King Cu Kai Pwee Yau – Kitab Tiga Huruf – menyebut versi ini..[23]
1. Lo Sie / Lu Shi, Sie King dari Negeri Lo.
Susunan Sien Pwee atau Sien Kong / Shen Gong pada Jaman Han Bu Tee ( 140-87 SM ). Sien Pwee memperolehnya dari Hau Kiu Poo ( Negeri Cee ), guru Khong An Kok / Kong An Guo, keturunan Nabi Khongcu, tokoh aliran kuno.
2. Cee Sie / Qi Shi, Sie King dari Negeri Cee.
Susunan Wan Gong / Yan Gong, pada jaman Han King Tee ( 156-141 SM ), hidup sampai jaman Han Bu Tee dalam usia lebih dari 90 tahun. Murid terkenal Heho Sicong.
3. Han Sie / Han Shi, Sie King dari Negeri Han.
Disusun oleh Han Ing / Han Ying, orang Negeri Yan pada jaman Han Bu Tee ( 179-157 SM ).
4. Mo Sie / Mau Shi, Sie King orang Negeri Mo.
Disusun oleh Mo Hing / Mau Heng, orang negeri Lo. Dilanjutkan oleh Mo Tiang / Mau Chang. Inilah Sie King yang terkenal sampai sekarang. Disamping lestari, juga dipercaya keasliannya. Sam Jie King Cu Kai Pwee Yau – Kitab Tiga Huruf – menyebut versi ini..[23]
·
SU KING / Shu Jing / Kitab Hikayat
kitab ini berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para Nabidan raja – raja suci purba. Kitab yang tertua ber sal dari zaman sekitar abad ke-23 S.M. dan yang terakhir berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu, sekitar abad ke-6 S.M.[24]
kitab ini berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para Nabidan raja – raja suci purba. Kitab yang tertua ber sal dari zaman sekitar abad ke-23 S.M. dan yang terakhir berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu, sekitar abad ke-6 S.M.[24]
Su King terdiri dari 25.700 huruf,
tersisa 58 Bab.
Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu :
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun ( 2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He ( 2205 – 1766 SM ).
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM ).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255 SM).[25]
Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu :
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun ( 2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He ( 2205 – 1766 SM ).
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM ).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255 SM).[25]
·
YA KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan.
kitab ini emgemukakan tentang system filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).[26]
kitab ini emgemukakan tentang system filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).[26]
·
Li Chi / buku tentang upacara – upacara.
Konfusius menyetujui beberpa upacara tradisional untuk
mendisiplinkan rakyat dan membawa kehalusan budi, keagungan dan kesopanan ke
dalam tingkah laku social mereka. Ia menyoroti asal – usul dan pentingnya
upacara – upacara kuno dan mengingatkan bahwa Li adalah suatu pernyataan
perasaan. Dengan mengkritik praktek –praktek yang merendahkan derajat, ia
menyatakan bahwa Li tanpa perasaan adalah tidak lain daripada upacara – upacara
yang pura – pura saja.
·
Yeo / Buku tentang Musik
Pada zaman Konfucius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga
ketika ia menerbitkan sajak – sajak kuno, ia juga menyusun pasangannya
berupamusik untuk setiap sajak yang telah diseleksinya. Ia juga mengubah lagu-
lagu yang lama dan membuat komposisi baru.
·
Chu’un Ch’ii / Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok
Berisi catatan kronologis tentang peristiwa – peristiwa di negeri Lu
mulai tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 S.M.) hingga tahun keempat
belas dari pemerintahn Pangeran Ai (481 S.M). menurut Chu Chai, tema pokok
kitab ini adalah menempatkan noram – norma pemerintahan yang baik, menetapkan
kembali pangeran – pangeran yang merebut kekuasaan di tempat mereka semula dan
menghukum menteri – menteri yang berbuat salah sehingga perdamaian dunia dan
persatuan dapat dipulihkan.[27]
Selain Kitab Ngo King dan Su Si, ada
1 kitab lagi yang tidak boleh tidak dipentingkan. Yaitu:
3. HAUW KING / Xiao Jing / Kitab Bakti.
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi
Khongcu yang terdiri dari 18 Bab. Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu.
Merupakan Ajaran tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan.
Zaman dahulu, seorang murid wajib
memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar Su Si dan
terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab ( atau yang
dikenal sebagai Ngo King).[28]
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mukti. Agama – Agama Di Dunia.(
IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS: Yogyakarta,1988).
Arifin. Menguak Misteri Ajaran –
Ajaran Agama Besar. (Jakarta: Golden Trayon, 1995).
Hadikusuma Hilman. Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya
terhadap Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia).
(PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 1993)
http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html 19-3-2012. 13.30
Sou’yb Joesoef. Agama – agama
Besar Di Dunia. (PT. Al Husna Dzikra: Jakarta, 1996),
Tanggok M. Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di
Indonesia
[1]
HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran – Ajaran Agama Besar, (Jakarta:
Golden Trayon, 1995), hal. 25.
[2]
Ibid, hal. 26.
[3]
Theisme adalah faham yang mengatakan bahwa Tuhan itu transcendence.
[4]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta
: Pelita Kebajikan, 2005), hal.7
[5]
Ibid, hal. 9
[6]
Joesoef Sou’yb, Agama – agama Besar Di Dunia,
(PT. Al Husna Dzikra: Jakarta, 1996), hal. 170
[7]
Cao adalah sejenis otak untuk menempatkan manisan
[8]
Tao adalah sejenis mangkok.
[9]
Sekolah yang dikelola oleh ayah Yan Ping Tiong.
[10]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
hal. 14
[11]Joesoef
Sou’yb, Agama – agama Besar Di Dunia,hal.171
[12]
Yang dipertuanwilayah Lu
[13]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,hal.17
[14]
H. Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap
Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 1993), hal.246
[16]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
hal. 27
[18]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
hal. 29-30
[19]
H. Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap
Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 1993), hal. 248
[20]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
hal. 30-31
[21]
Ibid, hal.38
[22]
Ibid, hal.40
[24]
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
hal. 41
[26]
H. Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap
Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 1993), hal. 248
[27]
H.A. Mukti Ali, Agama – Agama Di Dunia,( IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS:
Yogyakarta,1988), hal. 227
Tidak ada komentar:
Posting Komentar